Translate

Rabu, 11 Februari 2015

KEPOMPONG & KUPU-KUPU






Ini adalah kisah seseorang yang menemukan kepompong, kepompong kupu-kupu.

Suatu hari lubang kecil muncul.

Orang itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.
Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan.
Kelihatannya kupu-kupu itu telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya,
Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.
Kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya.
Namun, kupu-kupu itu mempunyai tubuh gembung dan kecil serta sayap-sayap yang mengkerut.

Orang tersebut terus mengamatinya, dia berharap suatu saat sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu itu.

Namun semuanya tidak akan pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak dengan tubuh gembung dengan sayap-sayap yang mengkerut.

Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari orang itu adalah kepompong yang menghambat itu adalah cara yang tepat agar kupu-kupu itu dapat terbang.
Perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa,
sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan berat-lah yang kita perlukan dalam hidup kita.

Ada perbedaan antara menolong orang dan memanjakan orang

Banyak orang menolong orang lain justru dengan cara memanjakannya,
Sehingga saat masalah hidup mendera, orang yang ditolong itu justru tidak siap.

Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu akan melumpuhkan kita.
Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu.

Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seluruh Cerita Ini Disadur
Pengarang: Tidak Diketahui
Sumber Gambar: Tidak Diketahui

Selasa, 10 Februari 2015

Sebuah Awal Yang Sederhana




Ternyata, awal dari banyak hal dalam hidup ini cukup sederhana...


Ada seseorang yang saat melamar kerja,
dia melihat sampah lalu memungut sampah kertas itu dari lantai dan membuangnya ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda.
Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut.
Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap.
Murid-murid lain menertawakan perbuatannya.
Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, anak kecil itu-pun ditawarkan untuk bekerja di tempatnya sang empunya sepeda.
Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah,cukup punya inisiatif sedikit saja.

Seorang anak berkata kepada ibunya: "Ibu hari ini sangat cantik..."
Ibu menjawab: "Mengapa?"
Anak menjawab: "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah."
Ternyata untuk terlihat cantik sangatlah mudah, cukup dengan mengontrol emosi.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur."
Petani menjawab: "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku."
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, biarkanlah dia rajin bekerja.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:
"Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku."
Katak di pinggir jalan menjawab: "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah."
Beberapa hari kemudian "katak sawah" menjenguk "katak pinggir jalan" dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir,
semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.
Ada yang bertanya: "Mengapa engkau begitu santai?"
Dia menjawab sambil tertawa: "Karena barang bawaan saya sedikit."
Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya:
"Jika bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?"
Ada yang menjawab: "Cari mulai dari bagian tengah."
Ada pula yang menjawab: "Cari di rerumputan yang cekung ke dalam."
Dan ada yang menjawab: "Cari di rumput yang paling tinggi."
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat:
"Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana."
Ternyata kunci menuju keberhasilan sangat sederhana,
cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan,
jangan meloncat-loncat.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seluruh Cerita Ini Disadur
Pengarang: Tidak Diketahui

Rabu, 04 Februari 2015

TITIP RINDU KEPADA PEMIMPIN YANG ADIL



Kisah kekuasaan para pemimpin punya lembaran sejarah yang abadi. Baik atau buruknya, mulia atau hinanya. Setiap masa selalu ada pemimpin pahlawan, tetapi disaat yang sama selalu saja ada pecundangnya. Seakan-akan sebuah keniscayaan. Ada orang-orang yang baik disana, tetapi banyak juga orang-orang yang buruk disisi lain.

Kenyataan semacam itu barangkali bisa dirasakan oleh orang-orang semacam Supeno, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai seorang supir angkot di Bogor. Beberapa waktu lalu, seperti biasa dia menarik angkutan di jalan utama Bogor. Saat beranjak sian, kala ia memutar balik arah, hal yang rutin ia lakukan, seorang aparat mengejarnya, memberhentikannya. Lalu, sumpah serapah keluar menghujaninya. Aparat itu juga menghajarnya. Supeno tidak tahu kalau jalan itu dikosongkan karena rombongan Presiden akan lewat.

Peristiwa tragis yang dialami oleh Supeno adalah bagian dari kisah legenda pemimpin dan rakyatnya. Ia mungkin tidak terlalu mengerti bahwa kekuasaan cenderung menggoda, membusungkan dada, menyuburkan keangkuhan, bahkan bagi orang-oang yang mengais makan disekitar kekuasaan, meski bukan mereka penguasanya.

Tetapi setidaknya, supir itu bisa merasakan, ada jarak hebat antara seorang pemimpin dan rakyatnya. Ada jurang perbedaan perlakuan yang sangat dalam terhadap entitas manusia, meski semuanya lebih mirip parade kepalsuan. Betapa indahnya bila hidup dibawah pemimpin yang mengayomi, dekat dengan rakyat, dan tidak berubah menjadi raja yang otoriter.

Entah mengapa, banyak pemimpin dalam level negara seringkali mengambil dari rakyatnya jauh lebih banyak dari apa yang layak diterima oleh rakyatnya. Kepemimpinan yang mereka miliki hanya secuil tanggung-jawab, yang tidak sepenuhnya kita berikan dengan sukarela. Setiap kita lahir merdeka. Tidak ada yang mau diperbudak. Akan ada perlawanan batin bila ada orang-lain yang hendak menguasai apalagi menistakan. Maka, pemimpin bukanlah ruang untuk menindas, menguasai, menganiaya, apalagi menzhalimi. Kepemimpinan adalah seruang kecil kecil di pojok kehidupan, tempat orang memikul perwakilan amanah dari orang lain.

Kerinduan akan pemimpin yang adil adalah suara hati yang kekal, tulus, dan fitrah dasar jiwa. Kerinduan kepada pemimpin yang baik adalah kebutuhan jiwa yang alami. Seperti anak-anak merindukan ayah yang damai, ibu yang lapang, mesk tinggal di rumah kardus. Meski makan nasi kelam dengan lauk tak berbumbu dan tak berasa.

Ini juga mimpi sekelompok warga pada ketua warga yang peduli, mengayomi, dan menghargai sesama. Tidak menjadi kepanjangan tangan dari antek dan politikus busuk. Menilap uang kompensasi untuk warga. Kerinduan akan kepemimpinan yang adil adalah gejolak abadi sepanjang masa. Sebab, keadilan adalah pijakan yang menjadikan keseluruhan hidup berada pada edar keseimbangan.
Merindukan pemimpin yang adil seperti memimpikan keajaiban yang amat langka. Ini bukan pesimisme atau apatisme, tetapi kian hari kian rumit jika kerinduan ini harus kita eja dengan argumen yang rasional. Sebab, di jaman ketika dusta telah dibungkus mewah dengan segala warna-warni hiasan, menunjuk hidung pemimpin yang benar-benar baik dan adil tidaklah mudah, karena kepemimpinan telah menjadi mata rantai yang sangat panjang bagi siklus manipulasi, kolusi, dan perselingkuhan politik yang kotor.

Entah kepada siapa rindu ini kita titipkan. Di lorong-lorong kehidupan kita yang berserakan tanggung-jawab, kta ingin pemimpin-pemimpin yang baik. Bila kerinduan ini tak juga sampai kepada Presiden, biarlah ia menjadi kerinduan kita bersama, diantara kita, bersama keluarga, teman, sahabat, atau tetangga. Kita mungkin tak terlalu peduli pada Presiden, bila memang sulit membayar kehidupan ini. toh, keseharian kita lebih sederhana dari retorika kekuasaan orang-orang yang rakus di pentas politik berdebu.

Kita percaya, setiap legenda tidak pernah berdusta pada dirinya. Orang-orang yang sepenuh hati memimpin, menebarkan rasa kasih sayang, akan ditulis seperti apa adanya. Begitupun sebaliknya, legenda akan memuat daftar hitam para pemimpin yang kejam, lalu secara alami menuliskannya di lembar sejarah hati, apa adanya.

Dan bila kerinduan ini tidak terjawab juga, biarlah dia menjadi untaian pengaduan kita kepada Tuhan Yang Maha Adil.




-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seluruh Cerita disadur dari:
TITIP RINDU BUAT PEMIMPIN YANG ADIL, Warta Volume XIX no.3 Hal.39, 2014, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
(dengan sedikit perubahan)